Surat Buat Bupati tercinta

Assalamualaikum Wr. Wb
Salam satu Indonesia.
Salam cinta tanah karo.
Pak.. Apa kabar bapak?
Bagaimana dengan keluarga baik juga bukan ?
Ya  saya doakan bapak dan sekeluarga sehat selalu tanpa kurang apapun juga.

Bapak berwarga negara indonesia ? saya juga.
bapak cinta tanah karo sehingga bapak mencalonkan diri sebagai bupati karo, saya juga cinta tanah karo tapi apa daya saya belum bisa mencalonkan diri sebagai bupati karo. walaupun saya jarang bicara politik, walaupun saya tampaknya lebih peduli pada berbagai macam wara-wiri kota medan. Pengorbanan dan cita-cita saya buat tanah tempat saya lahir dan tumbuh ini mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan  pengorbanan dan cita-cita Bapak. Tapi dalam dunia saya yang mungil, cinta ini sangat dalam. Tak pernah surut dan selalu berhasil membawa saya pulang, sejauh apapun saya mencoba pergi

Saya ingin sekali duduk bersama bapak berbincang-bincang tentang kemajuan tanah karo yang kita cintai ini sambil menikmati secangkir kopi aroma khas sidikalang dan di suduhkan bersama dengan pisang goreng panas ataupun kue-kue yang bisa menambah hangatnya susana menikmati gerimis yang sedang turun di bukit gundaling sambil menatap indahkan matahari terbenam dan juga sombongnya gunung sinabung berdiri gagah bahwa ingin menyampaikan akulah sang maharaja itu saat saya menulis ini untuk bapak. Kita ngobrol ringan saja pak yang tidak berat karena hidup bapak sudah lama menanggung beban berat.
Saya tahu bahwa undangan minum kopi ini lucu bagi bapak ya karena bapak nga kenal saya. Tapi saya mau undang nurani bapak saja buat ngobrol yang bisa saya sapa dengan getaran frekuensi doa.

Saya pribadi sebenarnya sedikit kecewa dengan calon-calon bupati yang ada saat ini pak, dari sepetahuan saya visi dan misi yang disampaikan semua calon biasa aja tidak ada yang spektakuler, tidak ada yang beda. Semua terlalu berfikir jauh ntah apapun itu masalah yang ada tapi mereka lupa dasar dari semua masalah yang ada.

Saya tidak pernah takut bahwa rakyat karo akan jatuh miskin, saya tidak pernah dengar kabar itu, karena saya yakin orang yang hidup di karo orang yang siap bekerja keras dan banting tulang. Kecuali dia orang yang malas dan tidak mau bekerja dan berusaha.
Pak...

mungkin tidak asing lagi di telinga bapak akan warga kita yang saat ini tidak tau harus bagaimana karena tempat tinggal yang mereka cintai harus mereka tinggalkan karena keadaan gunung sinabung yang belum tau sampai kapan akan begitu. tolong bantu mereka pak mereka juga manusia yang berhak mendapat hidup yang layak sama seperti kita. Mereka bukan binatang ataupun mahluk hina yang harus dibiarkan hidup tanpa ada menatap masa depan anak dan cucu mereka.

saya hanya rakyat jelata yang tidak bisa berbuat banyak untuk mereka pak. Sedih melihat pandangan anak-anak dipengungsian yang hanya bisa bermain, berlari kesana-kemari tanpa memikirnya mau jadi apa mereka nantinya. 

Saya pernah bercerita dengan anak disana, bicara empat mata, bicara sama seperti seorang kakak dan adiknya sendiri. Dia bertanya kepada saya
 “ bang sampai kapan kami disini bang ?
disini ngak enak bang, ngak bisa aku belajar bang kalau malam pun dingin kali disini bang, makanpun ngak enak kurasa bang”
pertanyaan yang hanya bisa saya jaab dengan mengelus kepala anak itu
sedih rasanya, teriris – iris hati mendengarnya pak

dan 1 hal pak
Saya tidak perlu membahas jika nanti bapak menang karena itu sudah sesuai dengan apa yang bapak cita-citakan.minimal jalankanlah visi dan misi yang bapak anggap sudah sesuai dengan kehidupan yang nyata .akan Tetapi, yang paling adalah yang harus bapak siapkan adalah bagaimana sikap kesatria agung mewujud dalam sikap bapak untuk tetap menentramkan hati para pendukung bapak jika bapak tidak ditakdirkan menjadi pemenang?
Tidakah bapak sadari bahwa sikap kesatria agung seorang pemimpin akan menentukan keutuhan bangsa agar rakyat kita tidak terpecah karena berbeda pilihan?
Bagi kami rakyat kecil pertaruhan bangsa ini bukan berujung di pemilihan bupati saja pak, tetapi pertaruhan yang lebih besar yaitu merajut ke-bhineka-an kita yang sudah lama dihianati oleh ambisi-ambisi yang kerdil.

Terlalu biasa sejarah bangsa Indonesia mencatat kisah sang pemenang, tetapi sejarah bangsa kita nyaris kekurangan kisah pejuang tangguh yang kalah namun mampu tegak legowo penuh harga diri merelakan tahta pada sang pemenang. Semoga masih ada tinta emas untuk mencatat sikap kesatria agung dari seorang calon bupati nantinya karena bangsa ini miskin negarawan sejati. Dan bukan berarti saya tulis surat ini saya pasti akan memilih bapak sebagai bupati karo karena yang menentukan berhak atau tidaknya bapak untuk di pilih oleh rakyat karo adalah bapak sendiri bukan saya.
Ingat pak, Malaikat tak pernah keliru mencatat kejujuran sehalus debu sekalipun.
Salam hangat dalam naungan gerimis cinta dan kasih ,





MANUSIA BUKAN DEWA





                                                                                                              DEDY ISMAIL HASIBUAN

                                                                                                                
Share:

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Popular Posts